Pages

Cerita Miyami. Episode 5 (Kabel Reuni)

                                                                         KABEL REUNI



“ Hallo?”
Akhirnya aku mendengar suara ini lagi. Kau tau, betapa aku merindukan suara ini? Aku sangat merindu dengan suara bernada alto ini.
“Hallo? “
Aku tersentak dari pemikiranku.
“Hallo, ini… Marwah?” sahutku memastikan.
“ya….” Dia membalasku.
Tiba-tiba aku terdiam. Aku bertanya pada diriku, apa suaraku  berubah hingga ia tidak mengenaliku?
“Ada apa ya?” Dia bertanya padaku dengan raut wajah yang bias kubayangkan.
“ini Danisha” kataku dengan nada datar.
Sesaat, suasananya menjadi hening. Ia tak berkata apa-apa,sedangkan aku hanya terdiam di meja belajarku sambil memegang smartphoneku.  Namun tak lama aku mendengar isak tangis yang sangat pelan.,walaupun suara itu berusaha untuk ditutup-tutupi olehnya.
“Tuuut..tutt..”Panggilan ponselnya terputus.
Aku hanya bisa memandangi layar smartphoneku  dengan air mata yang menggenang di pelupuk mata. Aku terhanyut dengan suasana selama dua menit itu. Dua menit yang membuatku bisa mendengar suara bicaranya lagi, membayangkan wajahnya dan mendengar isak tangisnya.
Nada panggil telepon menghentakkanku . 

                                                                 sumber: sleeping at last
“Danisha.. apa kabar?”
“Baik..” aku dengan sumringahnya menjawab pertanyaan Marwah.
 Aku baru sadar jika perasaanku pada sahabatku tidak pernah luntur hingga saat ini. Masih sama seperti dahulu kala.
“Maaf ya Nis.. tadi aku dipanggil Ayah jadinya nutup teleponnya”
Bibirku melebar .
“Enggak berubah ya ,Mar. Masih sama seperti yang dulu, masih saja”
Kurasa, disana ia sedang tersenyum ciut mendengar perkataanku. Aku memang telah mengenalnya dengan sangat baik. Dan tak ada yang terlewat sedikitpun dari ingatanku.
Ia senantiasa menutupi kesedihan didepan sahabat-sahabatnya.meskipun kami tahu kondisinya, tetapi tetap saja dia tak perduli itu.
“Nis….”
Suaranya terdengar parau. Aku bisa merasakan kalau ia sedang menahan tangisannya.
“Nis…rindu…”
Aku mendengar nadanya yang hampir terputus karena menahan tangisannya. Air mataku tumpah dari pelupuk mata. Mengalir pelan hingga bermuara di ujung dagu.
“Sama.. Mar”
“Semalam aku lihat Maria,Nis”
Aku sontak terkejut. Bagaimana bisa Maria yang kukira akan pergi jauh dari negeri ini,tiba-tiba kembali?
“Semalam waktu aku baru balik dari puncak…aku bersebrangan arah dengan dia yang lagi naik borneo Nis”
Aku masih mendengar suara Marwah yang berusaha tegar.
“kupikir  melihat Maria kemarin hanya masalah karunia lima detik yang bisa kudapatkan dalam sisa hidupku, Nis,tapi ketika hari ini aku dengar  suara sahabatku dari telepon ini. Aku merasa berbeda”
“aku mau balik Mar. aku mau ketemu kalian semua “.
Aku menghapus air mataku sambil beranjak kearah kasur.
“kalau gitu kita reuni yuk!” ajak marwah yang tiba-tiba terdengar sumringah.
Ajakan Marwah membuatku tersenyum lebar.  Ini mungkin reuni pertama dengan sahabat-sahabatku yang entah kemana saat ini.
“Cuma kita berdua?” tanyaku.
“Ya,enggak. Kita berempat atau bertiga”
“tapi Widya?Mar..ia?”
Seketika suara Marwah terdiam. Ia menghembuskan nafasnya dalam-dalam.
“Kalau Widya aku juga enggak tau dia dimana? Dikontak bisa apa enggak? Tapi ,kenapa enggak dicoba, Nis? Aku Cuma ingin sekali lagi ketemu sahabat-sahabatku,Nis. Aku enggak sanggup..jika tiap hari nahan rindu Nis…”
Lagi-lagi,  suaranya menjadi parau. Suasana sempat hening lagi.
“Kalau Maria.. mungkin aku Cuma bisa melihat wajahnya untuk lima detik semalam Nis”
“Yaudah nanti kalau aku udah disana..kita cari Widya sama-sama ya, Mar”
Aku menenangkan dia dan juga diriku. Kelumit masalah persahabatan ini memang juga belum selesai. Kukira semua akan baik-baik saja setelah cukup lama tidak tahu kondisi masing-masing. Namun, semuanya enggak berubah dengan waktu.
Entah sampai kapan kisah ini menggantung . Masing-masing hanya coba berbicara dalam hati kalau semua baik-baik saja, semua akan pulih dengan beranjaknya waktu. Toh, nyatanya semua tak seperti itu.
“Mar.. aku balik lusa..sampai ketemu Marwah Adinda Putri”
“iya..hati-hati Danisha Mananta”
Tuut..Tuut.
(Danisha)

Tigasajak

"Terkadang menulis membuat semuanya membaik".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar